The Mighty Kraratoa

Mighty Krakatoa - Aditya Wardhana  (1)

Perjalanan dimulai subuh sebelum jam 4 mengharuskan kami untuk berlayar ditengah kegelapan. Bukan tugas yang mudah bagi nahkoda dan ABK nya untuk membaca ombak sekaligus menentukan arah yang tepat ke Gunung Krakatau. Sesekali lampu LED di kepala dinyalakan untuk memberi tanda bagi kapal yang lain seolah berseru “Dimana kalian..?”

Fajar mulai menyingsing tetapi tugas ABK justru semakin berat. Gelombang besar menyulitkan kapal untuk berlabuh, memaksa para ABK bergerak lebih gesit untuk menjaga kapal dengan galah-galah panjang agar tidak menghantam satu sama lain dan mengamankan kami para penumpang dari terjangan ombak.

Pasir hitam yang berkilap khas vulkanik menempel disela-sela jari jemari. Status kawah Krakatau yang masih aktif sama dengan peraturan yang ketat dan ektra waspada harus ditanamkan dengan kuat dibenak kita sebelum memulai pendakian. Vegetasi di kaki gunung adalah pinus, cemara, dan jamur, tapi begitu sampai checkpoint kedua semua pepohonan lenyap hanya ada ranting dan batang pohon mati. Jalur makin sulit elevasi naik dan pasir membuat langkah makin berat. Kawah-kawah kecil hasil beturan material yang dilontarkan dari perut bumi menghiasi permukaan, ngeri juga membayangkan letusan di tahun 1881 yang abunya juga berdampak pada negara lain.

Sekitar 30 menit pendakian, kita sudah sampai di puncak batas aman. Whoa, akhirnya bisa juga berdiri dan menyaksikan kawah gunung yang masih aktif. Beruntung juga walaupun cuaca mendung tapi angin berhembus kencang meniup asap belerang ke balik gunung. Dengan begitu pemandangan anak gunung krakatau bisa kita lihat dengan aman walaupun kurang tenang karena banyaknya pengunjung lain yang berfoto-foto ria.

Mighty Krakatoa - Aditya Wardhana  (7)

Iklan