Tasikjiwa 2011 Sebuah Catatan Perjalanan (2)

Awal hari kami dimulai sejak pukul 5 pagi, membuat sarapan, mandi, Awal hari kami dimulai sejak pukul 5 pagi, membuat sarapan, mandi, kemudian packing pakaian dan  perlengkapan. Badan terasa segar dan kami siap untuk kembali memulai perjalanan. Pace sengaja kami buat santai karena jarak hari ini lebih dekat dibanding kemarin. Cuaca sangat mendukung karena pagi itu Cimahi tidak terlalu dingin.

Hari kedua,
29 Agustus Cimahi-Kampung Naga 105 km

Kami memilih melewati bypass Jl. Soekarno Hatta, jalan terus sampai Cileunyi dan Cicalengka. Sampai  gerbang pertigaan Nagreg jalan mulai menanjak, udara kering, dan angin besar yang dihasilkan dari BUS AKAP adalah tantangan di jalur ini.

Di jalur ini Meika sedikit bermasalah dengan otot pahanya, mau tidak mau Rizal harus mendorongnya di beberapa titik jalur yang menanjak supaya tidak tercecer. Syukurlah, hingga memasuki Nagreg semua aman terkendali, muka anggota rombongan pun masih cengar cengir.

Memutuskan memasuki Garut lewat jalur cagak Nagreg yang lama, bukan Lingkar Nagreg baru, sempat terbesit juga dipikiran “kacau juga nih rutenya andaikata dibalik pulang”. Suasana jalan sepi, mungkin karena puncak arus mudik sudah lewat. Beruntung bagi kami,ternyata Nagreg hingga Garut macet total pada malam sebelum kami datang hari itu,

Memang jalur hari ini tidak seberat kemarin sampai bertemu perbukitan Leles. Jalur yang sempit membuat kita harus ekstra konsentrasi dan saling menjaga. Sampai di ujung jalur pendakian, semua penat dan lelah solah terbayar. Kami disambut oleh matahari sore yang menerangi sawah terasering di Cilawu, semua otomatis berhenti menepi sejenak tanpa dikomando untuk menikmati pemandangan tersebut.

Sisa perjalanan kira-kira tinggal belasan kilometer saja ke Kampung Naga. Tambah semangat karena memasuki  Salawu jalur didominasi turunan berkelok.  Udara dingin pun mulai menyergap, meski jalur terus menurun, hari yang semakin gelap tetap memaksa kami untuk tetap meluncur pelan. Hingga akhirnya dari kejauhan, terlihat kelipan cahaya lampu sepeda rombongan depan yang sudah berhenti tepat di pintu gerbang masuk Kampung Naga.

Takbiran di Kampung Naga

Sedikit sial bagi kami karena kampung naga dan warung-warung sudah tutup mempersiapkan malam takbiran (*yang ternyata batal) Saya dan Rizal berinisiatif mencari informasi dengan jajan di warung bakso yang masih buka. Berawal dari perbincangan dengan pemilik warung bakso tempat kami makan, sang pemilik dengan sukarela menawarkan rumahnya untuk dijadikan tempat kami menginap.

Kami disambut hangat dan ramah benar-benar tipikal masyarakat Indonesia di daerah yang bersahabat dengan siapapun sekalipun pendatang seperti kami. Ruang tamu rumahnya yang cukup luas dijadikan kamar yang sangat nyaman bagi kami ber-6 untuk tidur malam itu. Dan akhirnya, perjalanan sepanjang 105km hari itu kami akhiri di sebuah kasur empuk dan suasana hangat tuan rumah di tengah dinginnya udara malam dari lembah Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya.

Iklan