Tasikjiwa 2011 Sebuah Catatan Perjalanan (1)
Touring kali ini membuka cakrawala baru bagi saya, peserta dengan dengan kemampuan fisik bisa di bilang biasa saja dapat menyatu serta kompak, hanya dengan mengandalkan tekad dan semangat kebersamaan, kami semua dapat melewati jalan yang panjang dari Jakarta sampai ke tempat tujuan Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Untuk live updatenya masih bisa dipantau di #Tasikjiwa2011
Hari pertama,
28 Agustus Jakarta-Cimahi 145 km
Minggu pagi, peserta satu persatu mulai berkumpul di titik kumpul komplek PU, Lebak Bulus, titik start dan finish kita bila bersepeda. Hari pertama etape yang kami tempuh adalah Jakarta-Bandung via Jonggol Cariu. Kami dilepas oleh Oom John yang baru pulang Night Ride Di RA dan ayah saya sendiri. Perjalanan dipimpin oleh road captain Rizal Utara dan posisi sweeper dipegang oleh Bimar Sitanggang dan saya. Awal perjalanan dijalani dengan penuh semangat dan keceriaan. Di beberapa titik kami bahkan sempat beradu sprint, sedikit tengil memang, tapi perjalanan ini memang untuk bersenang-senang kan..
Perjalanan lancar sampai masjid hijau Cariu, hingga sepeda David mengalami trouble di mana rantai sepedanya terlilit akibat gagal shifting yang menyebabkan menyebabkan anting Rd nya bengkok tertarik Rd dan hampir patah, posisi rusaknya benar-benar sulit untuk di percaya bisa terjadi di medan onroad yang mulus. Bimar tampaknya pesimis begitu melihat langsung. Kami usut berdua rupanya rantainya kaku karena kotor tetapi terus diberi minyak, kondisi ini juga diperparah karena saat trouble David sedang mendengar mp3 sehingga tidak mendengar tanda-tanda rantainya gagal shifting. Beruntung kami dapat pinjaman tang sehingga bagian-bagian yang bengkok bisa diperbaiki.
Memasuki tanjakan Cariu, Meika memutuskan untuk dievakuasi ke puncak dengan pickup pasar, ternyata Meika lemas karena belum makan siang dan belum tidur siang, eh kurang tidur maksud saya. Sisanya ya terus gowes sampai puncak, berbeda ya rasanya gowes di Cariu dari Cibubur dengan gowes di Cariu dari rumah di Lebak Bulus, tekor 40km. Perjalanan di Cariu seperti yang sudah-sudah, tetap menanjak, tapi bedanya kali ini kami menyikapinya dengan lebih tegar dibandingkan dengan trip ke Bandung kemarin mungkin karena sadar ini rombongan kecil dan tidak ada mobil evak, jadi tekad untuk bertahan hidup di Cariu mungkin yang menyemangati kami untuk terus mengayuh.
Padalarang, terang-terangan saja bingung
Setelah Cariu semua jalanan rasanya datar.. Perjalanan tidak terasa sampai Rajamandala, pitstop pun hanya di tukang cingcau untuk melepas penat dan meluruskan punggung. Wah ternyata kita terlalu asik beristirahat, waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 tandanya kita akan menempuh tanjakan Padalarang saat gelap. Pengalaman baru lagi bagi saya nanjak di Padalarang gelap-gelapan, terang-terangan saja saya selalu menerka-nerka apa puncak Padalarang masih jauh atau sudah dekat? Ah apa pedulinya, tugas saya sekarang adalah mengawal Meika melewati kelokan demi kelokan di Padalarang karena akhirnya rombongan terbagi menjadi 2.
Akhirnya sampai di puncak Padalarang pukul 6.30 sore, kami semua akhirnya sampai di Setu Ciburuy untuk regroup lalu lanjut sampai di Cimahi pukul 8 malam, luar biasa hari pertama kami lalui dengan baik, berkat kebersamaan yang sangat kompak, salut buat 2 wanita tangguh hari itu Aya dan Meika, srikandi bermental baja, tekadnya dari awal sampai finis tidak kendor sedikitpun.
Kami lanjut untuk makan malam di sebuah Mall di Cimahi. Untuk bermalam, kami masih belum tau akan tidur dimana. Hingga akhirnya saat bersiap pergi selesai makan, petugas parkir yang terbelalak saat tau tujuan kami akan ke Tasik menawarkan untuk menginap di Mushala basement mall dengan keamanan yang terjamin. Ternyata bukan hanya aman, melainkan juga cukup nyaman. Akhirnya diputuskan, perjalanan 140km-an hari itu kami akhiri disitu…